PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: erni amrisah, diana anggraini, ummul husna
A. Pengertian Psikologi pendidikan
a.
menurut para ahli
- Menurut Barlow ( dalam Syah , 2002:12), adalah psikologi pendidikan sebagai “ a body of knowledge in psychological reseach which provides a repertoire of resources to aid you in fungtioning more effectely in teaching learning prcess”. Yaitu psikologi pendidikan adalah merupakan sebuah pengatahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sum ber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagaio seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
- Menurut Tardif (dalam Syah, 2002:13), pasikologi pendidikan adalah sebuah bidang study yang berhubungan dengan dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha-usaha pendidikan.
- Menurut witherington (dalam Syah, 2002:13), dalam bukunya educatioanal pshycolgy terjemahan oleh M. Buckori psikologi pendidikan adalah sebagai sistematic study of teh proses and factor involvein tentang education of human being is called educational psychology, yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses – proses dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
- Menurut Crow & Crow ( dalam Purwanto, 2008: 8), adalah bahwa psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskkan masalah – masalah belajar yang di alami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut,terutama yang menyangkut kondisi – kondisi yang menpengaruhi belajar.
- Menurut Slavin ( dalam Bachri Thalib, 2010: 4 & 5), adalah psikologi pendidikan secara akademik, yakni sebagai studi mengenai belajar, pembelajaran, dan pengajaran.
- Menurut B.F. Skinner (dalam Mudzakir & Sutrisno,1997:10) menyatakan educational psychology is that branch of psychology wihich deals with teaching and laerning.
- Menurut Drs Sumadi Suryabrata L ( dalam Mudzakir & Sutrisno,1997:13) menayatakan bahwa ilmu jiwa pendidikan adalah pengetahuan ilmu jiwa mengeani anak didik didalam situasi pendidikan.
- Menurut Masrun, MA dan Dra Srimulyani Martaniah ( dalam Mudzakir & Sutrisno,1997:13) ilmu jiwa pendidikan adalah ilmu yang membincangkan segi-segi kejiwaan daripada lapangan pendidikan.
- Menurut Alice Crow ( dalam Mudzakir & Sutrisno,1997:13) menyatakan bahwa ilmu jawa pendidikan adalah studi tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang mempengaruhi mengajar dan belajar
- Menurut Arthur S. Reber (dalam Mulyono, 2001:6) berpandangan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah sub disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna seperti dalam hal-hal penerapan prinsip-prinsip belajar didalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif serta penyelenggaraan pendidikan keguruan
- Menurut Sultan muhammad (dalam Danin dan Khairil, 2010:6) psikologi pendidikan adalah aplikasi dari temuan psikologis di bidang pendidikan.
b. Pengertian
secara umum
Psikologi
pendidikan adalah merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Dengan kata lain psikologi pendidikan adalah ilmu yang membahas segi-segi
psikologi dalam lapangan pendidikan.
Dari
sudut tingkah laku dan perbuatan manusia dalam segala situasi, maka psikologi
pendidikan adalah studi ilmiah mengenai tingkah laku individu dalam situasi
pendidikan.
B.
Sejarah
singkat Psikologi pendidikan
1.
Awal
perkembangan
Esensi
psikologi telah ada jauh sebelum istilah “psikologi” itu sendiri lahir
sebagaimana diperkenalkan oleh Rudolph Goclenius pada tahun 1590. Sampai dengan
akhir abad ke-19, psikologi dipandang sebagai bagian dari filsafat dan ilmu
faal. Studi psikologi dalam konteks filsafat telah ada sejak peradaban Mesir,
Yunani, Cina, india dan persia kuno. Tulisan-tulisan filsuf yunani kuno,
seperti Tales, Plato, dan Aristoteles merupkan karya akademik terpenting dalam
sejarah pemikiran psikologi selanjutnya.
Para
filsuf atau ahli filsafat Yunani kuno telah memikirkan gejala-gejala kejiwaan.
Produk pemikiran mereka tentang masalah ini adalah berupa hasil penalaran
tingkat tinggi atau naturalistik, karena saat itu belum ada pembuktian secara
empiris atau ilmiah , apalagi penelitian eksprimental seperti sekarang.
Gejala-gejala kejiwaan kejiwaan mereka jelaskan melalui mitologi, misalnya
sebagaimana termuat dalam Mitologi Yunani.
2.
Era
kemajuan
Pada awal abad
XIX psikolog mengalami kemajuan yang cukup pesat. Gustaf Tehodore Fechner dan
Ernest Heinrich Weber menemukan hukum pengindraan melalui eksperimen yang
dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element of Psikologi. Pada tahun
1600, juhann Amos Comenius, teolog dan pendidik dari Ceko memperkenalkan alat
bantu visual dan menyatakan bahwa memahami lebih merupakan tujuan pengajaran
ketimbang menghafal.
Dalam alur
sejarah perkembangan psikologi, sumbangsih para sarjan ilmu faal yang memiliki
minat terhadap gejala-gejala kejiwaan sangat bermakna. Mereka mengadakan
teori-teori tentang reflektif, dan kemudian memunculakn aliran behaviorisme.
Berbeda dengan serjana lainnya, F.J Gall melakukan cara unik untuk
mengetahui kondisi kejiawaan manusia, yaitu dengan meraba tengkorak kepala
orang tersebut. Pada 1802, Piere Louis Cabanis, fisiologis Perancis, diakui
sebagai perintis psikologi fisiologis, yang terkenal dengan esainya tentang
hubungan antara aspek fisik dan moral manusia. Dokter Wilhelm wundt mendirikan
laboratorium psikologi pertama di Universitas Leipzig pada tahun 1879. Wund
kemudian di kenal sebagai “ bapak Psikologi Eksperimental”. Kehadiran
laboratorium ini merupakan babak baru dalam sejarah psikologi. Sebagai tokoh
psikologi eksperimental dan penganut strukturalisme, Wundt memperkenalkan
metode intropeksi yang di gunakan dalaqm eksperimen-eksperimennya. Wilhelm
Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya.
Muncul teori gestall di Eropa yang merupakan reaksi terhadap pemikiran Wundt
dengan asosinismenya. Aliran gestalt menolak ajakan elementisme dari Wundt .
aliran gestalt berpendapat bahwa gejala kejiwaan harus di lihat sebagai suatu
keseluruhan yang utuh yang tidak pecah dalam bagian-bagian.
3. Perkembangan Lebih Lanjut
Perkembangan lebih lanjut dari teori gestalt adalah munculnya teori
medan dari kurt Lewin. Kurt Lewin yang awalnya tertarik pada paham gestalt ini
kemudian mengkritiknya karena di nilainya tidak adekuat. Aliran psikoanalisa
yang lahir kemudian sangant besar pengaruhnya bagi perkembangan psikologi era
modern ini.
Pada sisi lain, tahun 1883 berdiri laboratorium serupa di
Universitas John Hopkins. Ajaran Wundt
kemudian dicoba untuk didesiminasikan di Amerika Serikat. Adalah Edward
Bradford Tichener yang menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt itu di negeri paman
sam ini. Salah seorang siswa Wiliam James, Edward L Thrndike menulis teks
psikologi pendidikan pertama pada tahun 1903 dan mendirikan jurnal psikologi
pendidikan tahun 1910. Perkembangan di bidang pendidikan terus menjadi terkait
erat dengan psikolog pada paruh pertama abad kedua puluh.
4. Perkembangan psikologi din Indonesia
Di Indosnesia baik psikologi maupunm psikologi pendidikan berkembang
relatif cepat. Dari aneka referensi terungkap bahwa di Indonesia perkembangan
psikologi dimulai pada tahun 1953. Profesor Slamet Iman Santoso adalah
pelopornya. Dias mendirikan lembaga psikologi pendidikan pertama yang mandiri
dan pada tahun 1960. Lembaga psikologi ini sejajar dengan fakultas lain di
Universitas Indonesia.
Pada era jajahan, psikologi dan psikologi pendidikan telah menjadi mata
pelajaran pada semua jenis sekolah guru. Hal ini terus berlangsung ketika
indonesia merdeka.
Boring & murphy dan Burt, terbatas untuk psikologi pendidikan
yang berkembang di wilayah Inggris. Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan
yang mereka tulis itu tak dapat kita jadikan acuan bukan saja karena
keterbatasan wilayah pengembangan, melainkan juga karena kadaluarsa karya –
karya tulis tersebut.
Seiring perkembangan sains dan tekhnologi, akhirnya lahir dan
berkembanglah secara resmi psikologi pendidikan. M enurut David pada umumnya
para ahli memandang bahwa Johann Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut
sebagian anli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya. Herbart
adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, dalam
pandangan Hertbart proses atau memahami sesuatu tergantung pada pengenalan
individu terhadap hubungan – hubungan antara ide – ide baru dengan
pengetahuanyang telah dia miliki.
Didalam berdirinya psikologi pendidikan ini tidak terlepas dari
tiga orang tokoh perintis. Diantara tiga tokoh tersebut adalah:
a). William James
James mengatakan bahwa sangat penting untuk mempelajari proses
belajar mengajar di kelas, karena sangat berguna untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang
sedikit libih tinggi diatas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan
tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
b). John Dewey
Ia adalah tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi
Pendidikan, dia merupakan motor penggerak untuk meaplikasikan psikologi
ditingkat praktis. Ada beberapa ide penting yang dapat kita peroleh dari John
Dewey ,
1.
Dari
Dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif ( active
learner ). Sebelum dia mengemukakan pandangan ini ada keyakinan bahwa disaat
belajar anak – anak mestinya duduk diam di kursi dan mendengarkan pelajaran
secara pasif dan sopan, sebaliknya Dewey percaya bahwa anak – anak akan belajar
dengan lebih baik jika mereka aktif.
2.
Dari
Dewey kita mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya difokoskan pada anak
secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan, dalam artian anak – anak tidak hanya mendapatkan pelajaran
berdasarkan belajar yang bersifat formal tetapi juga bisa bersifat informal.
3.
Dewey
juga mendapatkan wawasan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang
selayaknya.
c).
E.L Thorndike.
Dia
adalah tokoh ketiga yang banyak memberikan perhatian pada penilaian dan
pengukuran dan perbaikan dasar – dasar belajar secara ilmiah. Thorndike
berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan disekolah yang paling penting
adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Ia sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan
mengajar secara ilmiah.
Pendekatan
Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi
pendidikan diparuh pertama abad ke-20.
Dalam ilmu psikologi Amerika, pandangan B. F. Skinner (1938), yang di dasarkan
pada ide-ide Thornduke.
Pendekatan
perilaku ala Skinner adalah bahwa proses mental yang di kemukakan oleh psikolog
seperti James dan Dewey adalah proses yang tidak dapat di amati dan karenanya
tak bisa menjadi subjek studi psikologi ilmiah yang menurutnya adalah ilmu
tentang perilaku yang dapat di amati dan ilmu tenyang kondisi-kondisi yang
mengendalikan perilaku.
C.
Ruang
lingkup psikologi pendidikan
1.
Menurut
Samuel Smith ada (ahmad muzakkir & joko sutrisno, 1997:15) ada beberaparuang
lingkup psikologi pendidikan yaitu:
a.
pengetahuan
tentang psikologi pendidikan.
b.
hereditas
atau karakteristik pembawaan sejak lahir.
c.
lingkungan
bersifat fisik
d.
perkembangan
siswa
e.
proses
– proses tingkah laku
f.
hakikat
dan ruang lingkup belaja
g.
faktor
– faktor yang mempengaruhi belajar
h.
hukum
– hukum dan teori – teori belajar
i.
pengukuran,
yakni prinsip – prinsip dasar dan batasan – batasan pengukuran / evaluasi
j.
transfer
belajar, meliputi mata pelajaran
k.
sudut – sudut pandang praktis mengenai
pengukuran
l.
ilmu statistik dasar
m.
kesehatan rohani
n.
pendidikan membentuk watak
o.
pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran
sekolah menengah
p.
pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran
sekolah dasar.
2.
Menurut
Elliot,dkk (dalam Bachri Thalib,2010:6) menjelaskan bahwa psikologi pendidikan membahas persoalan psikologi belajar dan
pembelajaran berdasarkan fokus atau ruang lingkup psikologi pendidikan yang
mencakup upaya mendeskripsiskan , memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar
dan pembelajaran.
3.
Menurut
Glover dan Ronning (dalam Bachri Thalib,2010:6) menyatakan bahwa ruang lingkup
psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang perkembangan
manusia,perbedaan-perbedaan individual, pengukuran pendidikan, belajar dan
motivasi belajar serta persoalan-persoalan belajar dan pembelajaran.
4.
Menurut
Slavin (dalam Bachri Thalib,2010:6) psikologi pendidikan membahas teori
perkembangan , perkembangan anak dan remaja, perbedaan individu, teori prilaku
pembelajaran, dasr konseptual teori kognitif dalam pembelajaran, pendekatan
konstruktivisme, pengajaran yang efektif, motivasi belajar, pengelolaan kelas,
siswa kebutuhan khusus, dan penialaian hasil belajar, kepribadian manusia,
sifat-sifat khas individu, perbedaan-perbedaan dalam bakat tinjauan psikologis
mengenai manusia dalam proses pendidikan (masalah belajar, perkembangan
individu, faktor dasar dan ajar, perubahan individu dalam proses belajar,
pengukurtan dan penilaian hasil-hasil pendidikan).
5.
Menurut Crow and Crow (Dalyono ,2001: 15) mengemukakan bahwa bahwa data yang dicoba
didapatkan oleh psikologi pendidikan yang dengan demikian merupakan ruang lingkup
psikologi pendidikan antaralain adalah :
a.
sampai
sejauh mana faktor – faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap
belajar
b.
sifat
– sifat dari proses belajar
c.
hubungan
antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
d.
signifikansi
pendidikkan terhadap perbedaan – perbedaan individual dalam kecepatan dan
keterbatasan belajar
e.
perubahan
– perubahan jiwa yang terjadi selama dalam belajar
f.
hubungan
antara prosedur – prosedur mengajar dengan hasil belajar
g.
teknik
– teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar
h.
pengaruh
atau akibat relatif dari pendidikan formal di bandingkan dengan pengalaman –
pengalaman belajar yang insedental dan informal terhadap suatu individu
i.
nilai
atau manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan personel sekolah
j.
akibat
atau pengaruh psikologi yang di timbulkan oleh kondisi – kondisi sosiologi
terhadap sikap para siswa.
D.
Manfaat
dan tujuan psikologi pendidikan
1.
Menurut
Lingren (dalm Syah, 2002:18) manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu
guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kependidikan dan dan prosesnya.
2.
Menurut
Chaplin (dalm Syah, 2002:18) menitik berat manfaat psikologi pendidikan untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara
menggunakan metode-metode.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik, yaitu:
a.
Peka terhadap perilaku
dan kebutuhan manusia untuk belajar
b.
Mengembangkan diri
sendiri untuk menjadi manusia pembelajar dan dapat membagi ilmunya pada orang
lain secara profesional
c.
Mengetahui teknik-teknik
yang tepat untuk memaksimalkan potensi belajar anak didik
d.
Mampu menganalisis
kekurangan dan kelebihan dalam metode belajar mengajar baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain serta berupaya untuk terus memperbaikinya
Sedangkan manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi siswa didik
adalah sebagai beriku:
a. Meningkatkan kemauan dan niat untuk mencari
dan mendapatkan ilmu.
b. Mengenali naluri dan potensi belajar
c. Mengembangkan diri menjadi manusia pembelajar
d. Bertekad untuk meningkatkan harkat dirinya lebih baik dibandingkan dengan
generasi sebelumnya.
Adapun tujuan dari psikologi pendidikan adalah untuk
mempelajari tingkah laku manusia. Dalam hal ini anak didik dan perubahan
tingkah laku sebagai akibat proses
pendidikan dan juga berusaha bagaimana suatu tungkah laku seharusnya
diubah dan dibimbing melalui pendidikan.
E.
Metode-metode
psikologi
1.
Metode
Eksperimen
Adalah merupakan serangkaian percobaan yang di lakukan
eksperimenter di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya.
Teknis pelaksanaannya di sesuaikan dengan data yang akan di angkat, misalnya
data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang
membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula di pakai untuk mengukur kecepatan
bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu
Metode eksperimen adalah, bahawa semua kondisi atau
keadaan dalam situasi di kontrol dangan seksama atau setidak-tidaknya di
ketahui.
Metode eksperimen
adalah pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu, guna mempelajari gejala –
gejala yang di timbulkan dengan sengaja, untuk mendapatkan sifat – sifat umum
dari gejala – gejala kejiwaan. Mencoba sesuatu sehingga dapat menimbulkan
dengan sengaja terhadap situasi yang diselidiki. Hal ini merupakan keunggulan
dibandingkan dengan observasi.
2.
Metode
kuesioner
Adalah lazim juga di sebut swebagai surat menyerat,
kuesioner di sebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan
pengambilannyaq sering dikirinkan ke dan dari responden melalui jasa pos
Metode kuesioner dalam penyelidikan yang terdahulu dalam
lapangan psikologi pendidikan rupa – rupanya kuesioner telah di pergunakan
dengan memberikan hasil – hasil yang sangat baik. Kalau pekerjaan memilih
pekerjaan – pekerjaan untuk kuesioner itu di lakukan dengan baik metode ini
memang sangat berguna.
3.
Metode
klinis
Adalah hanya memperhatikan satu atau dua faktor yang di
selediki pada diri sejumlah besar individu, maka metode klinis di pergunakan
untuk menyelidiki sejumlah kecilo individu secara teliti dan dalam batas waktu
yang sangat besar.
Metode klinis metode penyelidikan secara mendalam kepada
individu yang menyimpang dari tingkah laku normal untuk menentukan diagnosis.
Metode klinis hanya di gunakan oleh para ahli psikolog
klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara – cara memberi perlakuan
pemilihin terhadap kelainan jiwa tersebut. Jean Piaget adalah yang mula – mula
memanfaatkan metode penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan.
4.
Metode
studi kasus
Adalah sebuah metode penelitian yang di gunakan untuk
memporeh gambaran yang rinci mengenai aspek – aspek psikologis seorang siswa
atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain di pakai oleh para peneliti
psikoilogi pendidikan, juga sering di pakai oleh peneliti melakukan investigasi
dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
Metode studi kasus dalam penyelidikan yang
mempergunakan
metode studi kasus anak-anak yang dipelajari di ikuti perkembanganmnya selama
bertahun- tahun, melalui berbagai – bagai periode pertumbuhan.
Metode studi kasus (dalam Dalyono, 2001:12)penyeldikan
terhadap individu secara mendalam meliputi latar belakang sosial, fisik dan
psikis. Waktunya cukup lama dan melalui berbagai periode pertumbuhan.
5.
Metode
observasi naturalistik
Adalah sejenis observasi yang di lakukan secara ilmiah.
Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang di teliti atau ia tidak
menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
6.
Metode
instropeksi
Adalah pengamatan
terhadap operasi psikis yang di lakukan oleh diri sendiri. Metode ini kalau dipergunakan begitu saja, tetapi
disertai penggunaan metode lain akan memberikan hasil yang terlalu subjektif
sifatnya dengan demikian tidak seluruhnya dapat di percaya.
7.
Metode
filosofis spekulatif barangkali tidak tepat benar kalau kita sebutkan
introspeksi sebagai metode tersendiri karena prosedur ini banyak di pergunakan
dalam hampir semua metode penyelidikan.
Daftar pustaka
Syah
Muhibbin, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002)
Hasan
Chalidjah, dimensi – dimensi psikologi pendidikan,(surabaya: PT
AL-Ikhlas,1994)
Danim
Sudarwan & Khairil, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Bandung:
Alfabeta, 2010)
Syamsul
Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta: Kencana, 2010)
Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010)
Dalyono,
Psikologi Pendidikan, (jakarat: PT Rineka Cipta, 2001)
Witherington
Carl,psikologi pendidikan, (Bandung: Jemmars,1982). Diterjemahkan oleh Buchori.
Mudzakir
Ahmad & Sutrisno joko, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka setia,
1997).
Santrok
w. Jhon, psikologi pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007)
0 komentar:
Posting Komentar