About

budaya

Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Mei 2013

BURNOUT


Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Freundenberger pada tahun 1973. Freudenberger adalah ahli psikologi klinis pada lembaga pelayanan sosial di New York yang menangani remaja bermasalah Freundenberger memberi ilustrasi mengenai sindrom burnout. Sindrom burnout di ilustrasikan seperti gedung yang terbakar habis. Suatu gedung yang pada mulanya berdiri megah dengan berbagai aktivitas didalamnya, setelah terbakar gedung yang tampak hanya kerangka luarnya saja. Ilustrasi ini memberikan gambaran bahwa orang yang terkena burnout dari luar tampak utuh tetapi didalamnya kosong penuh masalah Gehmeyr (dalam Aryasari, 2008).
Freudenberger (dalam Farber, 1991) menyatakan bahwa burnout adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens, berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama serta memandang kebutuhan dan keinginan mereka sebagai hal kedua. Hal ini menyebabkan individu tersebut meraskan adanya tekanan-tekanan untuk member sumbangan lebih banyak kepada organisasinya.
Burnout merupakan kelelahan yang disebabkan karena individu bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak ada harapan, kesedihan yang mendalam, merasa malu, menghasilkan perasaan lelah dan tidaknyaman, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kesal. Apabila hal itu terjadi pada jangka panjang maka individu tersebut akan mengalami kelelahan karena telah berusaha memberikan sesuatu secara maksimal namun memperoleh apresiasi yang minimal (Pines dan Aronson, 1989).
Cherniss (1987) mengatakan bahwa burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan, seperti menjaga jarak dari orang lain maupun bersikap sinis dengan mereka, membolos, sering terlambat dan keinginan pindah kerja sangat kuat.
Perlman dan Hartman (dalam Jewel & Siegall, 1998) mendifinisikan burnout sebagai tanggapan terhadap stres emosional kronis yang dikarakteristikkan dengan kelelahan emosi/fisik, kecenderungan berpikir tidak manusiawi, bahkan mengenai dirinya sendiri. Setiap definisi burnout diatas merefleksikan keunikan sehingga tampil beragam namun batasan yang dikemukan para tokoh tersebut pada dasarnya sama, yaitu burnout terjadi pada tingkat individu dan merupakan pengalaman yang bersifat psikologis karena melibatkan perasaan, sikap, motif, harapan dan dipandang individu sebagai pengalaman negatif yang mengacu pada situasi yang menimbulkan stres dan ketidaknyaman. Burnout banyak dialami seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental atau fisik karena tuntutan pekerjaan yang meningkat.
Penelitian yang telah banyak dilakukanmenyatakan bahwa penyebab timbulnya burnout behubungan dengan sebab-sebab yang luas. Burnout berasal dari stres kerja yang berkepanjangan, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhiburnout dapat dikenali melalui penyebab stres kerja. Menurut Fery Farhati dan Haryanto F. Rosyid (dalam Aryasari 2008), faktor eksternal yang mempengaruhi burnout adalah:
1.      Tuntuan pekerjaan yang tinggi
2.      Miskinnya pekerjaan dari hal-hal yang menarik dan menantang
3.      Pekerjaan yang tidak variatif
4.      Pekerjaan yang tidak memiliki identitas yang jelas
5.      Pekerjaan yang tidak memberikan informasi tentang baik tidaknya usahausaha yang dilakukan

DUKUNGAN SOSIAL


Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik individu. Hurriyati (2011) menyimpulkan beberapa pendapat ahli yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaann saudara, teman dan kenalan dalam menghadapi stress dan dapat membantu seseorang berhasil menggunakan pokus masalah (problem focused coping), atau pokus emosi (Emition focused coping). Gottieb (Hurriyati, 2011) berpendapat bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial adalah cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian, penghargaan untuk orang lain; Cobb (Fibrianti, 2009).
Senada dengan beberapa pendapat diatas dukungan sosial dipandang sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari berbagai konflik. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari kelompok, Fibrianti (2009).
Dukungan sosial didefinisikan oleh Raharjo, Setiasih & Setianingsum  (2008) sebagai suatu jaringan keluarga, teman, tetangga dan anggota masyarakat yang bersedia memberikan bantuan secara psikologi, fisik, finansial saat diperlukan. Neergaard, Shaw & Carter (Raharjo, Setiasih & Setianingsum, 2008) mengatakan dukungan sosial sebagai sumber yang tersedia dan terdiri atas jaringan sosial teman dan kenalan untuk membantu seseorang dalam mengatasi masalah-masalah yang serius.
Berdasarkan beberapa penjelasan dukungan sosial diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologi yang diberikan oleh teman dan keluarga individu tersebut. Dukungan sosial dapat  pula diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lai


 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Tidak semua orang mendapatkan dukungan sosial seperti yang diharapkannya, setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan (Sarafino, 1994) :
a.              Potensi penerima dukungan; Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkannya jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan. Beberapa orang tidak perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.
b.             Potensi penyedia dukungan; Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.
c.              Komposisi dan struktur jaringan sosial; Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan kedekatan hubungan. 

Wan Fahrul Rozikin