About

budaya

Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 April 2013

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ISLAM


Pengertian pengembangan kepribadian islam
Pengunaan istilah “pengembangan” pada awalnya dibedakan dengan istilah “penyembuhan” atau “terapi,” sebab istilah pengembangan digunakan untuk individu yang sehat, sedangkan istilah penyembuhan atau terapi digunakan untuk individu yang sakit. Namun, akhir akhir ini, keduanya digunakan untuk arti yang sama, karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin memaksimalkan daya-daya insani agar mampu realisasi dan aktualisasi diri yang baik. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang yang sakit.
Dengan latar belakang diatas, maka yang dimaksud dengan pengembagan kepribadian islam disini adalah “usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insane, agar ia mampu realisasi dan aktualisasi diri lebih baik, sehingga memperoleh kualitas hidup didunia maupun diakhirat.” Ddefenisi tersebut mengandung arti bahwa dengan metode pengembangan kepribadian islam ini diharapkan dapat menjadi terapi bagi mereka yang sakit dan menjadi pendorong bagi mereka yang sehat.
Pengembangan kepribadian islam dapat ditempuh dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan konten (materi) dan kedua pendekatan rentang kehidupan, yaitu serangkaian prilaku yang dikaitkan dengan tugas-tugas perkembangan menurut rentang usia. Asumsi pendekatan ini adalah bahwa dalam setiap rentang kehidupan, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diperankan menurut rentang usia. Peran pada masa kanak-kanak tidak akan sama dengan peran orang dewasa. Tanpa memerankan tugas-tugas perkembangan dengan baik, maka perkembangan individu itu dinilai abnormal.  Maksud tugas-tugas perkembangan pada pendekatan kedua ini mengacu pada paradigma bagaimana seharusnya bukan apa adanya. Sebagai sontoh, tugas-tugas perkembangan masa puber bukan “mencari hubungan baru dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita” sebagai mana yang diteorikan dalam psikologi perkembangan barat, tetapi lebih mengarah pada tugas-tugas sebagai seorang mukallaf (yang terkena beban agama), karena masa puber ini adalah masa yang dikenai hukuman


Pengembangan kepribadian islam menurut pendekatan konten
Kiat-kiat pengembangan kepribadian islam menurut pendekatan konten, dapat ditempuh melalui tiga tahap.
1.      Tahapan permulaan (al-bidayah)
Pada tahapan ini fitrah manusia merasa rindu kepada khaliknya.  Ia sadar bahwa keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir (al-hijab) yang menghalangi interaksi dan komunikasinya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir tersebut. Karena itulah tahapan ini disebut juga tahapan takhalli, yang bearti mengosongkan diri dari segala sifat-sifat yag kotor, maksiat, dan tercela (madmuzmah)
2.      Tahapan kesunguhan Dalam menempuh kebaikan (al-mujahadah).
Pada tahap ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, untuk kemudian dia berusaha secara sunguh-sunguh dengan cara mengisi diri dengan prilaku yang mulia, baik yang dimunculkan dari kepribadian mukmin, muslim maupun muhsin. Tahap ini disebut juga tahapan tahalli, yaitu upaya mengisi dan menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Tahapan kedua ini harus ditopang oleh tujuh pendidikan dan olah batin (riyadhat al-nafs), sebagai berikut :
1.  Musyarathah, yaitu menetapkan syarat-syarat atau kontrak pada jiwa agar ia dapat  melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan.
2.     Muraqabah, yaitu mawas diri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa dan pikiran dari prilaku maksiat, agar ia selalu dekat dengan Allah.
3.   Muhasabah, yaitu intropeksi, membuat perhitungan atau melihat kembali tingkah laku yang diperbuat, apakah sesuai dengan apa yang diisyaratkan sebelumnya atau tidak.
4. Mu’aqabah, yaitu menghukum diri karena dalam perniagaan rabbani selalu mengalami kerugian.
5.    Mujahadah, yaitu berusaha menjadi baik dengan sungguh-sungguh, sehingga tidak ada waktu, tempat dan keadaan untuk main-main, apalagi melakukan prilaku yang buruk.
6.  Mu’ataqbah, yaitu menyesali dan mencela diri atas perbuatan dosanya dengan cara (1) berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi; dan (2) melakukan prilaku positif untuk menutup prilaku negatif. Agar tidak zina maka ia harus nikah.
7.      Mukasyafah, yaitu membuka penghalang (hijab) atau tabir agar tersingkap ayat-ayat dan rahasia rahasia Allah.

3.      Tahapan merasakan (al-mudziqat).
Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekadar menjalankan printah khaliknya dan menjauhi larangannya, tetapi ia merasa kelezatan, kedekatan, kerinduan bahkan bersamaan (ma’iyyah)dengan-nya. Tahapan ini disebut juga tajalli. Tajalli adalah menampakannya sifat-sifat Allah Swt. Pada diri manusia setelah sifat-sifat buruknya dan tabir yang menghalangi menjadi sirna. Tahapan ketiga ini bagi pada sufi biasanya didahului oleh dua proses, yaitu /al-fana’ dan al-baqa’.
Sosok yang memiliki pengalaman puncak dalam kepribadian islam lebih dikenal dengan insan al-kamil (manusia paripurna). Ia tidak bersatu dengan alam seperti ungkapan maslow, tetapi bersatu dengan sifat-sifat atau asma’ Allah Swt. Sosok insan kamil sesungguhnya adalahh para nabi dan rasul Allah. Diantara mereka yang paling pilihan (musthafa) adalah nabi Muhammad Saw. Oleh karena predikat ini maka Allah dalam Alqur’an memujinya sebagai sosok yang berkepribadian agung (QS Al-Qalam:4), karena dalam dirinya tercermin nilai-nilai Alqur’an yang perlu ditauladani (uswah hasanah) oleh pengikutnya.

Pengembangan kepribadian islam menurut rentang kehidupan
Untuk menjelaskan upaya-upaya pengembangan kepribadian, hanya dipilih fase kehidupan dunia dari tiga fase besar yang ada. Pemilihan itu karena hanya pada fase ini ikthtiyar dan usaha manusia dapat dilakukan.

Pertama, fase pra-konsepsi, yaitu fase perkembangan manusia sebelum masa pembuahan seperma dan ovum. Asumsi adanya fase ini adalah (1) dalam Al-qur’an dan al-sunnah, seseorang dianjurkan dan bahkan diwajibkan menikah untuk kelestarian keturunan. Kelestarian keturunan ini menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia; (2) ruh manusia telah tercipta sebelum jasad tercipta. Ruh yang suci menghendaki tempat yang suci pula. Dalam konteks ini kesucian jasad dapat diperoleh melalui pernikahan.

Kedua, fase pra-natal, yaitu fase perkembagan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Secara fisik, fase ini dibagi empat, yaitu : (1) fase nuthafah (zigot) yang dimulai sejak pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan; (2) fase ‘alaqah (embrio) selama 40 hari; (3) fase mudhaqah (janin) selama 40 hari; dan (4) fase peniupan ruh kedalam janin setelah genap empat bulan, yang mana janin manusia telah terbentuk secara baik, kemudian ditentukan hokum-hukum perkembangannya, seperti masalah-masalah yang berkaitan dengan prilaku (seperti sifat, karakter, dan bakat), kekayaan batas usia, dan bahagia-celakanya.
Ketiga, fase neo-natus, dimulai kelahiran sampai kira-kira minggu keempat. Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini yang dilakukan oleh orang tua adalah:
1.      Membacakan azan ditelinga kanan dan membacakan iqamah ditelingga kiri anak yang baru dilahirkan (HR. al-turmudzi).
2.      Memotong akikah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
3.      Memberi nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis mengingatkan atau berkolerasi dengan prilaku yang baik.
4.      Membiasakan hidup bersih, suci, dan sehat.
5.      Member ASI sammpai usia dua tahun. ASI selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih sayang sang ibu dengan bayinya.
Keempat, fase kanak-kanak (al-thifl), yaitu fase yang dimulai usia sebulan sampai usia sekitar tujuh tahun. Dalam kamus lisan arab, kata thifl memiliki makna yang sama dengan shabi, yaitu mulai masa neo-natus sampai pada masa pulusi mimpi basah.
Kelima, fase tamyiz, yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruknya, yang benar dan yang salah. Fase ini dimulai usia sekitar tujuh tahun sampai usia 12 atau13 tahu.
Keenam, fase balligh, yaitu fase dimana usia anak telah sampai dewasa. Usia ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama tanggung jawab agama dan sosial. Menurut al-taftazani, fase ini diangap dimana sebagai fase yang mana individu mampu bertindak menjalankan hukum baik yang terikat dengan larangan maupun printah. Fase ini merupakan fase yang terpenting dalam rentang kehidupan manusia, karena fase ini merupakan awal aktualisasi diri dalam memenuhi perjanjian yang pernah diucapkan dialam pra kehidupan dunia. Secara psikologis fase ini ditandai dengan kemampuan seseorang dalam memahami suatu beban taklif, baik menyangkut dasar kewajiban, jenis kewajiban , dan prosedur atau cara pelaksanaannya. Kemampuan ‘memahami’ menunjukkan adanya kematangan akal pikiran, yang mana hal itu menandakan kesadaran seseorang dalam berprilaku, sehingga ia pantas diberi taklif.
Ketujuh, fase azm al-‘umr atau syuyukh, yaitu fase kearifan dan kebijakan Dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual, dan agama secara mendalam. Al-Ghazali menyebut fase ini sebagai fase awliya wa anbiya, yaitu fase dimana prilaku manusia dituntut  seperti prilaku yang diperankan oleh kekasih dan nabi Allah. Fase ini dimulai usia 40 sampai meninggal dunia.
Pada fasse ini, seseorang terkadang tidak mampu mengaktualisasikan potensinya, bahkan kesadarannya menurun atau bahkan menghilang. Kondisi ini disebabkan karena menuanya syaraf-syarah atau organ-organ tubuh lainnya, sehingga menjadikan kepikunan. Karena demikian kondisi kesadarannya sehingga ia terbebas dari segala tuntutan hukum agama, seprti sholat, puasa, atau ibadah yang lainnya. Nabi Saw, mengajarkan agar seseorang tidak hanya meminta umur yang panjang kepada Allah Swt, tetapi yang terpinting adalah bagaimana mempergunakan umur itu yang diberikan oleh Allah itu sebaik-baiknya.
Kedelapan, fase menjelang kematian, yaitu fase dimana nyawa akan hilang dari jasad manusia. Hilangnya nyawa menunjukkan pisahnya ruh dari jasad manusia yang merupakan akhir dari kehidupan dunia. Kematian terjadi ada yang dikarenakan batas kehidupan ajal telah tiba, sehingga tanpa sebab apapun jika ajal ini telah tiba maka maka manusia mengalami kematian (QS Al-A’raf [7]:34, yuunus [10]:49, Al-Nahl[16]:16.
Upaya-upaya perkembangan kepribadian pada fase ini adalah (1) memberikan wasiat kepada keluarga jika terdapat masalah yang perlu diselesaikan, seperti wasiat tentang pengembalian utang, mewakafkan sebagian hartanya untuk keperluan agama, dan sebagainya. (2) tidak mengingatkan apa pun kecuali berzikir kepada Allah Swt (3) mendengarkan secara seksama talqin yang dibacakan oleh keluarganya kemudian menirukannya. (4) bagi orang yang hidup maka diwajibkannya untuk memandikan, member kain kafan, menyalati, dan mengubur jasad mayat
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan kepribadian islam disini adalah dimana “usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insaninya, agar ia mampu realisasi dan aktualisasi diri lebih baik, sehingga memperoleh kualitas hidup didunia maupun diakhirat”. Dan dengan metode pengembangan kepribadian islam ini diharapkan dapat menjadi terapi bagi mereka yang sakit dan menjadi daya pendorong bagi mereka yang sehat. Bagi mereka yang memiliki tipologi kepribadian amarah dapat beranjak menuju kekepribadian lawammah; dari kepribadian lawwamah dapat menuju muthamainnah; dan dari kepribadian muthamainanah taraf minimal dapat menuju pada taraf maksimal atau dari pendekatan kuantitas menuju pada pendekatan kualitas.

Kritik dan Saran
Dalam makalah ini kami berharap semoga makalah yang kami susun ini bermamfaat dan dapat digunakan. Sekiranya terdapat ada kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf. Dan semoga pembaca dapat member kritik dan saran supaya kedepannya akan dapat lebih baik lagi

Daftar Pustaka
Mujib, abdul. 2006. Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta: PT RajaGrafindo persada.
http//delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/kepribadian menurut filsfaf islam.
www.kiflipaputungan.wordpress.com/2010  

Senin, 29 April 2013

POLIGAMI DALAM ISLAM


Sebelum kita memasuki pembahasan yang lebih lanjut, setidaknya kita harus mengerti apa itu poligami. dapat diketahui bahwa Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu polus yang berarti banyak dan gomos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini di gabungkan, maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang. Sistem perkawinan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih seorang istri dalam waktu yang bersamaan, atau seorang perempuan mempunyai suami lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan, pada dasarnya di sebut poligami. Pengertian poligami, menurut bahasa indonesia, adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki/mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan.
Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai lebih dari seorang seorang istri dengan poligini yang berasal dari kata polus berarti banyak dan gune berartio perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata polus yang berati banyak dan andros berarti laki-laki.
Jadi, kata yang tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan adalah poligini bukan poligami, dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud poligami adalah perkawinan seorang laki-laki lebih dari seorang perempuanalam waktu yang bersamaan.

Poligami Dalam Islam
Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan tidak mengharuskan umatnya melaksanakan monogami mutlak dengan dengan pengertian seorang laki-laki hanya boleh beristri seorang wanita dalam keadaan dan situasi apapun dan tidak pandang bulu apakah laki-laki itu kaya atau miskin, adil atau tidak lahir secara lahiriah.
Islam, pada dasarnya , menganut sistem monogami dengan memberikan kelonggaran dibolehkannya poligami terbatas. Pada prinsipnya, seorang lelaki hanya memiliki seorang istri dan sebaliknya seorang istri hanya memiliki seorang suami. Tetapi islam tidak menutup diri adanya kecenderungan laki-laki beristri banyak sebagaimana yang sudah berjalan dahulu kala. Poligami dalam islam dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, baik jumlah maksimal maupun persyaratan lain seperti:
1.      Jumlah istri yang boleh dipoligami paling banyak empat orang wanita, seandainya salah satu di antaranya ada yang meninggal atau diceraikan, suami mencari dapat pengganti yang lain asalkan jumlahnya tidak melebihi empat orang pada waktu yang bersamaan (QS 4:3)
2.      Laki-laki itu berlaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya yang menyangkut kepentingan lahir. Sedangakan masalah batin, tentu saja, selamanya manusia tidak mungkin dapat berbuat adil secara hakiki.
Tujuan poligami adalah menghindari agar suami tidak terjerumus ke jurang maksiat yang di larang islam dengan mencari jalan yang halal, yaitu boleh beristri lagi(poligami) dengan syarat bisa berlaku adil.
Dasar pokok islam yang membolehkan poligami adalah firman allah swt.
Artinya: maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi :dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil. Maka(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yanag kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS AL-Nisa {4}:3).
Menurut tafsir Aisyah r.a,. ayat ini turun karena menjawab pertanyaan Urwan bin Zubair kepada aisyah istri Nabi Saw. Tentang ayat Ini. Lalu beliau menjawabnya, Wahai anak saudara perempuanku, yatim di sini adalah maksudnya adalah anak perempuan yatim yang berada di bawah asuhan walinya mempunyai harta kekayaan bercampur dengan dengan harta kekayaannya serta kecantikannya membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya, lalu ia ingin menjadikanny sebagai istri, tetapi tidak mau memberi mas kawin dengan adil, yaitu memberi mas kawin yang sama dengan yang di berikan kepada perempuan lain. Karena itu, pengasuh anak yatim yang seperti ini di larang menikahi mereka, kecuali mau berlaku adil kepada mereka dan mau memberikan mas kawin kepada mereka lebih tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian, maka mereka diperintahkan untuk menikahi perempuan-perempuan lain yang di senangi.

METODE PENGAJARAN

A.    PENGGUNAAN METODE PENGAJARAN
         Secara harfiah metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dengan kata lain metode pengajaran merupakan cara yang digunakan oleh pengajar atau guru untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode pengajaran secara umum ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
    - merumuskan tujuan yang ingin dicapai
    - menentukan materi yang akan
      disampaikan
    - mempersiapkan alat bantu

2. Tahap Pelaksanaan
    - menyampaikan tujuan pembelajaran
    - menyampaikan materi

3. Tahap Evaluasi
    - mengetahui pemahaman siswa
      tentang materi yang disampaikan
    - mengadakan ujian atau latihan yang
      relevan dengan materi yang
      disampaikan





Jenis-jenis Metode Pengajaran

1.      Ceramah
       Metode ceramah merupakan metode pengajaran yang dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada sekelompok siswa.

a.       Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
      Kelebihan metode ceramah antara lain:
1)      Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Disebut mudah dan murah karena dengan metode ini hanya mengandalkan kemampuan komunikasi guru, dan tidak memerlukan banyak perlengkapan dan persiapan sebelumnya.
2)      Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya mata pelajaran yang banyak dapat dirangkum intisarinya oleh guru dalam waktu singkat.
3)      Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi mana yang perlu ditekankan.
4)      Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
5)      Organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat diatur lebih sederhana.

      Disamping itu, metode ceramah juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1)      Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2)      Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme, karena dalam metode ceramah siswa harus mengandalkan kemampuan auditif mereka. Padahal setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pelajaran melalui pendengaran.
3)      Ceramah dapat dianggap membosankan bagi siswa jika guru tidak dapat menyampaikan meteri dengan menarik.
4)      Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika sesi pertanyaan tidak ada siswa yang bertanya, tidak menjamin bahwa siswa seluruhnya sudah paham.

b.      Langkah-Langkah Menggunakan Metode Ceramah
      Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan , baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
1)      Tahap persiapan
·         Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah berakhir.
·         Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan ceramah sangat tergantung pada tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan diceramahkan, oleh karena itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
·         Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi siswa, oleh karena itu menyediakan alat bantu seperti gambar sangat diperlukan.

2)      Tahap pelaksanaan
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.

a)      Langkah pembukaan
  • Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
  • Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan apersepsi perlu dilakukan untuk mempersiapkan siswa secara mental agar siswa mampu menerima materi yang akan disampaikan.

b)      Langkah penyajian
       Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
  • Menjaga kontak mata dengan siswa
  • Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudaah dicerna oleh siswa
  • Sajikan materi pelajaran dengan sistematis
  • Tanggapilah respon siswa dengan segera

c)      Langkah penutupan
      Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami siswa tidak hilang. Lakukanlah kegiatan agar siswa tetap mengingat materi pelajaran. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung hal tersebut antara lain:
  • Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
  • Merangsang siswa untuk dapat menanggapi materi pelajaran yang telah disampaikan
  • Melakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa tentang materi pelajaran

2.      DEMONSTRASI
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi dan benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
a.       Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
1)      Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2)      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3)      Dengan cara mengamati langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1)      Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus bebrapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2)      Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3)      Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

b.      Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
1)      Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu :
·           Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
·           Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
·           Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
2)      Tahap pelaksanaan
a)        Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
·         Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
·         Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·         Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
b)        Langkah pelaksanaan demonstrasi
·         Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.
·         Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
·         Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·         Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu.
c)        Langkah mengakhiri demonstrasi
Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

3.      DISKUSI
Metode  diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi :
·         Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan.
·         Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran didalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas.
Dilihat dari pengorganisasian pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah atau demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka tidak demikian halnya dengan metode diskusi. Pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisisr oleh siswa sendiri, oleh karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekedar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu :
·         Diskusi kelompok
Diskusi ini dinamakan juga sebagai diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri.
·         Diskusi kelompok kecil
Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar :
1)      Setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.
2)      Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.
3)      Setiap siswa harus saling memberikan respons.
4)      Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.
5)      Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.

Kondisi tersebut ditekankan oleh Bridges, sebab diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Strategi ini diharapkan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir alamiah serta dapat  mengembangkan pengetahuan siswa. 

a.       Kelebihan dan kelemahan metode diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
1)      Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2)      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3)      Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1)      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan bicara.
2)      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3)      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4)      Dalam diskusi sering terjadi perbedaab pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.



b.      Jenis-jenis diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
1)      Diskusi kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah : Pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi. Kedua, sumber masalah memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menganggapi permasalahn setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan Kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2)      Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

3)      Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

4)      Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens.  Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

c.       Langkah-langkah melaksanakan diskusi
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya :
·         Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum, maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami ileh setipa siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
·         Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel, sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.
·         Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
·         Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.

2)      Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perli diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah :
·         Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
·         Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya, menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
·         Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan dan lain sebagainya.
·         Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
·         Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3)      Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut,
·         Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·         Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

4.      SIMULASI
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpra-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalamn belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dilakkukan secara lansung pada objek yang sebenarnya.
a.       Kelebihan dan kelemahan metode simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya :
1.      Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2.      Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karna melalui simulasi siswa diberikan kessempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
3.      Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4.      Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematic.
5.      Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Simulasi juga mempunyai kelemahan. Diantaranya :
1.      Pengalamn yang diperoleh dari simulasi tidak selalu tepaat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
2.      Pengelolaan yang kurang baik.
3.      Factor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakkukan simulasi.

b.      Jenis-jenis simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaittu :
a.       Sosiodrama
Yaitu metode pemmbelajaran bermain peran untuk memecahkan asalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, seprti kenakalan remaja.
b.      Psikodrama
\merupakan metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.
c.       Role playing
Adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian yang mungkin muncul dimasa yang akan datang.


C. langkah-langkah simulasi

1)      Persipan simulasi

§  Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
§  Guru memberikan gambaran maslah dalam situasi yang disimulasikan.
§  Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pameran, serta waktu yang disediakan.
§  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pameran simulasi.

2)      Pelaksanaan simulasi
§  Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pameran.
§  Para siswa lainnya mengikui dengan penuh perhatian.


5.      Kerja Lapangan
         Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam  suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat.

      Kelebihan Metode Kerja Lapangan:
1)      Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
2)      Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya.

     Kekurangan Metode Kerja Lapangan:
1)      Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang
2)      mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
3)      Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak
4)      Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

Referensi :
Syah Muhibbun, Psikologi Belajar, Raja Wali pers, Jakarta : 2010. 
Suryabrata Sumadi, Psikologi aPendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2001 



Wan Fahrul Rozikin