Klara
dan dion. Dua nama itu seolah tak pernah lepas dari pembicaraan. Seluruh kelas
SD Mustika tahu kalau Klara adalah bintang kelas. Otaknya encer, kepandaiannya
diatas rata-rata teman sebayanya. Keberanianya dalam bicara, bertanya, bahkan
sering merepotkan guru baru yang culun dan malu-malu. Klara menguasai hampir semua bidang
pelajaran. Dalam koor atau lomba vocal grup ia selalu terpilih sebagai penyanyi
solo. Dalam bidang olahraga, klara memegang rekor renang gaya bebas untuk jarak
pendek (50 meter) tingkat anak-anak wanita.
Dion….
Apalagi yang satu ini. Dionlah yang dua kali mencuri juara kelas klara sejak
bersekolah dari kelas sampai sekarang kelas lima. Dion jugalah pemegang medali
emas juara lomba matematika dan fisika selama tiga tahun berturut-turut,
mengalahkan klara yang baru sekali memperoleh pringkat pertama. Dion tidak
pandai menyanyi, tapi ia terpilih sebagai actor terbaik dalam dalam festival
drama anak-anak. Dion tidak bisa berenang, tapi ia memegang rekor lari 100
meter untuk anak-anak se-kabupaten.
Klara
dan Dion, keduanya menjadi kebangaan Sekolah SD Mustika. Pak Haman, kepala
Sekolah, tak segan-segan memberikan beasiswa
untuk keduanya. Pun ketika keduanya tergolong mampu.
“saya
bukan pilih kasih. Klara dan Dion terpilih mendapat bea siswa dari sekolah ini
karena mereka berprestasi. Ini bagus untuk merangsang anak-anak yang lain
berprestasi seperti klara dan dion, “kata Pak Harman dalam sebuah pidato
upacara bendera pada hari senin beberapa tahun lalu, sayangnya harapan pak
Haman sulit terwujud. Entah karena murid-murid yang lain tidak ;mampu mengejar
prestasi Klara dan Dion, atau karena keduanya kelewat jenius untuk
teman-temannya, yang jelas bea siswa yang dijanjikan itu hanya berhasil
didapatkan oleh Klara dan Dion.
Klara
dan Dion adalah musuh bebuyutan dalam artian sebenarnya. Mereka bersaing untuk
segala hal. Suatu hari Klara pernah memasukkan sebotol tinta hitam dengan tutup
terbuka dalam tas dion. Maka hitamlah semua catatan pelajaran Dion sampai tak
terbaca.
“biar
saja. Biar anak sok pintar itu tahu rasa! Bayangkan, ia selalu menjawab setiap
pertanyaan Bu Guru, kasihan kan yang lain ngak kebagian !’’ kata kelara puas
merasa berhasil siasat liciknya.
Suatu
hari lainnya bangku Klara diberi lem kayu oleh Dion. Ketika tiba saatnya
istirahat… KREK…. Rok Klara sobek dan Dion tertawa terpingkal-pingkal.
Hahaha,
terimalah balasanku! Makanya jangan suka sirik!” Kata Dion mengejek.
Klara
menangis. Lalu keduanya disidang pak Harman. Klara menceritakan kelakuan Dion, Dion menceritakan penyebabnya.
“kalian
ini selalu ada-ada saja. Tidak bisakah kalian berteman barang sebentar? “Tanya
Pak Harman sambil geleng-geleng kepala.
Klara
dan Dion juga ikut menggeleng.
Ah,
anak-anak yang pandai memang selalu merepotkan, tapi biarlah, mungkin
persaingan mereka yang membuat keduanya terpacu untuk menjadi yang terbaik,
kata pak haman dalam hati.
Siang
itu suasana kelas sangat sepi. Klara tidak cerewet seperti biasanya, dan dion…
ia pindah sekolah mengikuti orang tuanya menetap di tempat kerja yang baru.
Klara senang dengan kepindahan Dion, tapi hanya untuk tiga hari. Setelah itu,
Klara justru kesepian ia kehilangan musuh bebuyutannya. Ia kehilangan lawan
tanding untuk bersaing. Tanpa sadar Klara rindu pada Dion.
0 komentar:
Posting Komentar