Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980), pengertian perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.
Emmons dan Alberti (2002) mengatakan bahwa assertif adalah mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan diri sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain.
Komponen Perilaku
Assertif
Menurut Emmons dan Alberti (2002) ada beberapa komponen yang harus
diperhatikan dalam perilaku assertif, diantaranya yaitu :
1. Konta mata (Eye contact)
Saat berbicara individu
yang asertif menunjukkan kontak mata dengan menatap langsung dengan lawan
bicaranya, sehingga akan membantu dalam mengkomunikasikan ketulusan,
menunjukkan perhatian dan penghormatan kepada orang lain serta meningkatkan
kelangsungan pesan yang disampaikan. Sikap Tubuh
2. (Body
Posture)
Sikap tubuh yang
ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah sikap tubuh yang aktif dan tegak.
Sikap berdiri yang membungkuk dan pasif, menandakan kurangnya keasertifan
seseorang.
3. Jarak atau kontak fisik
(Distance / Physical contact)
Individu yang
asertif mempunyai kemampuan dalam menjaga jarak ketika berinteraksi
dengan orang lain. Kedekatan di antara orang-orang yang terlibat pembicaraan
akan memiliki dampak yang cukup besar dalam komunikasi. Akan tetapi apabila terlalu
dekat mungkin dapat menyinggung perasaan orang lain.
4. Isyarat (Gesture)
Isyarat yang ditunjukkan
oleh individu yang asertif dapat menambah ketegasan, keterbukaan, kehangatan,
rasa percaya diri dan spontanitas dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5. Ekspersi Wajah ( Facial
expression)
Dalam berbicara dengan
orang lain, individu yang asertif mampu mengekspresikan wajah sesuai dengan
pesan atau hal apa yang akan disampaikan.
6. Nada, modulasi, volume
suara (Voice tone, inflection, Volume)
Saat mengungkapkan
pikiran dan perasaan secara verbal, individu yang asertif menggunakan intonasi
suara yang tepat.
7. Kefasihan (Fluency)
Pembicaraan yang dilakukan dengan fasih tentunya sangat
akan berbeda ketika seseorang berbicara dengan jeda. Kefasihan tersebut akan memperlihatkan
kepercayaan diri seseorang.
8. Penetapan waktu (Timing)
Individu yang asertif
mampu menyatakan sesuatu kepada orang lain secara tepat sesuai dengan waktu dan
tempat.
9. Mendengarkan (Lisening)
Individu yang asertif
mempunyai kemampuan untuk mendengarkan dengan seksama ketika lawan bicaranya
sedang berbicara, sehingga mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan
diri sesaat. Mendengarkan yang assertif
adalah melibatkan keseluruhan komitmen kepada orang lain. Sikap ini membutuhkn
perhatian dan diiringi dengan sikap tubuh yang tidak berlebihan. Dalam hal ini
kontak mata dan isyarat tertentu menjadi sangat penting.
10. Pemikiran (Thought)
Komponen keasertifan lainnnya adalah proses pemikiran.
Dimana ada dua aspek dari pemikiran assertif yaitu sikap seseorang tentang
apakah merupakan ide bagus jika bersikap assertif dan pemikiran seseorang
tentang dirinya sendiri ketika dihadapkan pada situasi yang menuntutnya
berperilaku assertif.
11. Isi (content)
Individu yang asertif
mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan memilih kalimat yang tepat
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Di mana komunikasi yang mempunyai isi
(content) adalah komunikasi yang dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang
dianggap penting baik oleh pemberi informasi maupun penerima informasi.\
sumber : Perbedaan perilaku assertif antara mahasiswa
aktivis dan bukan aktivis di UINS suska Riau, Nailil Husna, 2006
0 komentar:
Posting Komentar