About

budaya

Pages

Selasa, 21 Mei 2013

KEPRIBADIAN BENCI



Penjelasan Biologis mengenai Benci
Sejumlah perspektif kepribadian memandang agresi beserta menifestasi internalnya sebagai sisi kemanusian yang memiliki predisposisi yang bersifat alamiah artinya secara biologis kita memiliki predisposisi yang bersifat bawaan genetis untuk membenci. Berbagai pandangan psikoanalitik dan neo‑litik merupakan bagian dari tradisi ini, namun pandangan-pandangan ini telah dilampaui oleh teori biologi yang lebih modern. Mungkin perspektif yang paling berpengaruh sekarang adalah perspektif etologis, inilah yang akan kita bahas

Penjelasan Etoogis
Para etolog melakukan studi mengenai prilaku hewan dalam lingkungan alamiah dan membuat sejumlah kesimppulan meengenai fungsi prilaku yang ada untuk menjaga kelangsungan hidup. Etolog Konrad Lorenz (1967) dan Eibl – Eibesfeldt (1971,1979) menyatakan bahwa agresi merupakan produk dari proses evolusioner yang bersifat adaptif. Menurut pendapat ini kebencian bersifat terberi karena agresi bersifat adaptif bagi evolusi spesies kita. Para teoritis etologi ini juga menyatakan bahwa berbagai tedensi agresif alamiah dapat saja terdistorsi dan kadangkala diekspresikan secara tidak tepat.
Orientasi teoritis ini membantu kita untuk memahami mengapa seseorang memiliki kapasitas yang mengakar cukup dalam untuk bertindak agresif, selain itu berbagai solusi etologis terhadap agresi sering kali terbukti tidak efektif. Sebagai contoh, Lorenz menyatakan bahwa olahraga yang terorganisircukup aman, artinya cukup aman untuk melepaskan tedensi agresivitas yang ada. Akhirnya, penjelasan etologis umumnya memberikan kesan bahwa agresi tidak dapat dihindari : jika hal itu terkait dengan gen kita, maka hal itu tidak dapat dihentikan (Silverberg & Gray, 1992; Stoff & Crains, 1996).

Gangguan Otak
Penjelasan Biologis lainnya mengenai individu yang secara khusus memiliki kepribadian agresif dan penuh kebencian melibatkan gangguan structural dan gangguan otak yang disebabkan oleh obat. Berdasarkan sejumlah eksperimen yang dilakukan di dalam laboratorium hewan diketahui bahwa stimulasi terhadap sejumlah pusat di otak dapat menghasilkan kemarahan yang intens dan tak kunjung padam (Adams dkk., 1993). Memang, beberapa orang yang terbukti memiliki kecendrungan untuk marah dan menaruh kebencian yang hebat ditemukan memiliki struktur otak yang abnormal serta cedera pada dan dekat hipotalamusdan amigdala.

Pendekatan Psikoanalitik mengenai Benci
Freud membuat dalil mengenai eksistensi insting atau dorongan agresif. Pada kenyataan, ia berteori bahwa semua manusia memiliki insting kematian : Thanatos yang merupakan dorongan yang terarah pada kematian dan prolaku merusak diri (self-destructive), meskipun demikian prilaku merusak diri tidak diterima dalam masyarakat modern (Weigner, 1996). Seperti halnya Implus – implus yang tidak diterima secara social, energy iini haruslah dilepaskan atau disalurkan dengan cara – cara yag secara social tepat
Salah satu mekanisme yang dilibatkan dapat berupa memproyeksikan implus-implus kematian ke objek yang dibenci – yakni, dengan mengantribusikan kebencian kepada orang lain. Dengan demikian, teori Freudian dapat menghasilkan suatu prediksi bahwa sikap dictator yang mengkambinghitamkan orang-orang dari kelompok “luar”(yang dipersalahkan menjadi penyakit dalam masyarakat) disebabkan oleh masalah-masalahnya sendiri dan merupakan konsekuensi dari penggunaan sejumlah mekanisme pertahanannya. Pada kenyataannya, sebua studi yang menelaah mekanisme pertahanan dari individu yang kejam menemukan bahwa mereka lebih banyak menggunakan proyeksi sebagai mekanisme pertahanan dan bahwa penggunaan displacement”membedakan antara individu-individu yang kejam dengan yang tidak tepat (Apter dkk., 1989)
Dalam terminology psikiatri modern, banyak dari orang–orang yang penuh kepribadian ini, termasuk para pembunuh berantai, didiagnosis memiliki gangguan kepribadian antisossial (Meyer, dkk., 1998) (orang semacam ini disebut juga psikopat).
Pandangan Neo-Analitik mengenai benci
Ketika menjelaskan mengenai agresi, para teoritis neo-analitik melangkah maju melampau deskripsi Freud mengenai insting kematian yang sifatnya terberi. Jung berhipotesis mengenai sejumlah elemen yang umum disemua kepribadian manusia – arketip – salah satu arketip khusus yang disebutr dengan shadow, adalah tempat insting-insting hewan dann primitive berada. Dengan demikian, menurut Jung, ekspresi shadow yang tidak sesuai dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan kebencian dan agresi yang amat kuat.
Alfred Adler dan Karen Horney juga berkeyakinan (seperti halnya Freud dan Jung) bahwa kepribadian yang bermusuhan dan penuh kebencian berkembang pada masa kanak-kanak, namun para ahli neo-analitik ini tidak menyatakan bahwa kepribadian seperti itu ditimbulkan secara langsung dari insting atau dorongan biologis. (hal ini sesuai denganpeneka neo-analitik terhadap peran masyarakat). Karen Horney yang juga memandang masa kanak-kanak sebagai suatu masa kehidupan dimana seseorang individu dapat menjadi penuh dengan kebencian , menyatakan bahwa kanak-kanak harus merasa aman ketika kanak-kanak agar dapat berkembang sebagaimana mestinya.
Perspektif neo-psikoanalitik menjabarkan penjelasan yang bersifat biologis maupun non-biologis. Para neo-analtik melihat kebencian muncul dari penyaluran dorongan-dorongan secara tidak tepat dan dari kegagalan untuk menyelesaikan berbagai konflik kanak-kanak. Meskipun insting-insting yang kuat ada, agresi bukanlah sesuatu yang tidak terelakan namun merupakan akibat dari pengasuhan yang keliru dan lingkungan social yang tidak stabil.

Kebecian dan Otoritarianisme : Erich Fromm
Fromm menekankan iklim social seperti halnya sejarah pribadi individual sebagai sumber kemarahan dan kebencian. Fromm berteori bahwa individu merasa lebih sendiri dan terisolasi seiring dengan kemajuan peradaban dan seiring dengan kemajuan peradaban dan seiring dengan meningkatnya kebebasan individual yang diperoleh orang-orang.
Karakteristik yang authoritarian yaitu sering kali gemar bertindak kejam untuk mendesakkan kekuasaannya terhadap orang lain, menganiaya mereka, dan merampas milik mereka, menurut Fromm karakteristik kepribadian ini diakibatkan oleh suatu relasi tertentu yang negative terhadap orang tuanya. Dengan demikian, Fromm memadukan detrminasi biologis dan nonbiologis dari kebencian ia menerima bahwa kita memiliki sebuah warisan biologis yang menghasilkan kapasitas untuk melakukan kekerasan dan ia menerima bahwa secara tidak tepat dari dorongan-dorongan ketika kanak-kanak dapat menciptakan berbagai masalah sepanjang hidup namun ia meletakkan kesalahan terbesar pada kegagalan menemukan makna didalam sebuuah masyarakat yang kosong. Dan dengan demikian ia menggabungkan elemen-elemen dari pandangan eksistensial dan humanistic dalam memandang kebencian.

Pendekatan humanistic mengenai kebencian
Dalam mengkaji kebencian, para psikolog humanistic memiliki sudut pandang yang hampir berlawanan dengan pendekatan biologis. Bertentangan dengan para etologis, para teoris humanistic menekankan berbagai hal yang membedakan manusia dengan hewan. Mereka menggaris bawahi pentingnya moralitas, keaddilan, komitmen yang melibatkan pemikiran yang kompleks dan kesadaran diri. Dan juga berbeda dengan para psikoanalisa dan neo-analisis, para psikolog humanistic lebih banyak berfokus pada individu-individu yang matang dan mencapai aktualitas diri disbanding berfokus pada individu yang penuh kebencian yang banyak sekali jumlahnya.mereka lebih melihat aspek-aspek yang mengarah pada sisi posotif, dari pada apa yang keliru dalam pengasuhan. Meskipun demikian, penjelasan humanistic mengenai kebencian individu dapat diturunkan dari teori-teorinya.
Psikologi humanistic Carl Rogers berkeyakinan bahwa emosi negative berasal dari kurangnya penghargaan positif dalam kehidupan individu, khususnya yang diberikan oleh orang tua selama masa kanak-kanak. Rogers berfokus kepada kebutuhan individual untuk memperoleh penghargaan tanpa syarat, penerimaan dan cinta dari orang lain, khususnya dari ibu. Rogers percaya bahwa semua orang – tidak peduli bagaimanapun lingkungannya –dapat melepaskan tedensi-tedensi internal kea rah yang positif.
Abraham Maslow memperlihatkan bahwa berbagai ketakutan dan keraguan kita mengenai diri kita sendiri berakar dari ketidakmatangan dan kebencian . ia berfokus pada berbagai kebutuhan akan keamanan yang tidak terpenuhi sebagai penyebab terjadinya orang dewasa yang neurotic.

Kebencian sebagai suatu Trait
Golden Allport menjelaskan cardinal trait sebagai karakteristik kepribadian yang terdapat dimana-mana, sangat mempengaruhi kepribadian individual dan mendominasi berbagai tindakannya sehari-hari. Bagi para teoris trait, trait-trait seperti agresi merupakan bagian dari organisasi dinamik kepribadian, bagian-bagian kepribadian yang mengguring individu untuk bertindak dengan cara tertentu.
Pendekatan kognitif terhadap benci
Menurut pandangan ini, kebencian dan agresi tergantung pada bagaimana cara kita belajar  menjelaskan dunia. George Kelly sebagai contoh, melihat pemahaman personal mengenai orang lain. Ia menemukan bahwa beberapa orang tidak membuat benyak perbedaan diantara orang lain -  mereka cenderung lebih melihat orang lain sebagai sama satu sama lain. Orang yang lebih Otoritan seperti ini, memperlihatkan apa yang oleh Kelly disebut cognitive simplicity. Hal ini memungkinkan seseorang menganggap seluruh kelompok orang sebagai “musuh-musuhnya”.
Kelly juga menambahkan bahwa permusuhan dapat muncul jika pemahaman individu mengenai orang lain tidak didukung oleh pengalaman. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara baik, mengevaluasi orang lain secara realistis dan mengubah konsep-konsep mereka jika ada bukti yang mengindikasikan bahwa mereka tidak benar; sementara orang yang mengalami masalah penyesuaian diri tidak demikian. Meskipun demikian, orang yang bermusuhan mencoba untuk memaksa orang lain agar menyesuaikan pemahaman mereka, ketimbang mengubah interprestasi mereka mengenai realistas.
Berbagai distorsi mengenai makna dari interaksi social ini berawal  pada usia dini. Praremaja dan remaja awal cendrung memandang permusuhan dalam berbagai aspek keterlibatan social mereka (Lochman & Dodge, 1994). Oleh karena itu, menurut model kognitif, permusuhan dan kebencian yang ekstrim menghasilkan kesalahpahaman individu terhadap situas, sering kali mendistribusikan niat-niat yang bersifat dengki terhadap kejadian dan orang-orang yang sebenarnya tidak berbahaya.
Teori Belajar: Kebencian sebagai Perilaku yang dipelajari
Teori belajar klasik menyatakan bahwa emosi-emosi yang penuh kebencian merupakan respons-respons yang terkondisi, sementara teori belajar operant menekankan peran dari penguatan dan hukuman dalam membentuk agresivitas yang dipelajari. Teori belajar social menggabungkan dengan menyatakan bahwa perilaku benci merupakan hasil dari modeling, observasi, imitasi, dan vicariously reinforced (sangat dibesar-besarkan).

Perbedaan Budaya yang Terkait Kebencian
Para ahli antropologi memberikan cukup banyak bukti bahwa rata-rata terdapat begitu banyak perbedaan diantara masyarakat (yang dapat diterimadalam budaya) dalam hal permusuhan (Goldstein & Segal 1963). Beberapa masyarakat tergolong bersifat sangat agresif, sedangkan yang lain hanya memperlihatkan sedikit permusuhan dalam relasi antar personal. Rupanya, ada sesuatu dalam tatanan social yang terkait fakta ini.






Daftar Pustaka
Howard S. Friedman.2006.Kepribadian : Teori Klasik dan Riset Modern.Jakarta : Erlangga
Boeree,C. George. 2008.General Psychology.Jogjakarta : Ar-ruzz Media Group.
Carol Travis & Carol Wade.2007.Psikologi. Jakarta : Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar

Wan Fahrul Rozikin